Hakikat pembelajaran adalah terjadinya perubahan
perilaku. Semua pakar pendidikan, baik secara tersurat maupun tersirat,
berpandangan demikian. Ki Hajar Dewantara, Crow&Crow, Witherington,
Hilgard, Gage&Berliner, Di Vesta Thompson, dan yang lainnya
memberikan penekanan yang sama, belajar berarti perubahan perilaku.
Tentu saja, perilaku yang lebih baik dari sebelumnya. Dalam konteks
pendidikan, pembelajaran harus menghasilkan peserta
didik yang semula tidak bisa menjadi bisa, dari tidak tahu menjadi tahu,
dari tidak terampil menjadi terampil, dari tidak punya kepribadian
menjadi berkepribadian, dari tidak punya karakter menjadi berkarakter,
dan seterusnya.
Sudah berhasilkah kita sebagai guru menanamkan hakikat pembelajaran
kepada para peserta didik? Sudah tertanamkah karakter yang baik pada
diri peserta didik kita? Sudahkah kita menyajikan model pembelajaran yang menyenangkan
bagi siswa? Sederet pertanyaan-pertanyaan dapat saja menggelitik kita
melihat kenyataan masih ada siswa yang bermalas-malasan ke sekolah,
mengikuti kegiatan pembelajaran dalam suasana tertekan, tidak
konsentrasi dalam belajar. Masih ada siswa yang berkarakter buruk, suka
bertengkar, tawuran antar-pelajar, atau bahkan menghasilkan lulusan yang
korup, dan bermacam-macam perilaku buruk lainnya.
Kegagalan siswa
dalam kegiatan pembelajaran, harus diakui, kesalahan kita sebagai guru
dalam menerapkan metode pembelajaran. Model-model pembelajaran yang tak
terbatas jumlah dan variannya masih belum diterapkan secara maksimal.
Kita sering terjebak pada rutinitas cara mengajar yang bagi siswa
membosankan, monoton.
Paradigma baru pembelajaran di sekolah perlu dikedepankan untuk
menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Untuk menciptakan
suasana pembelajaran yang menyenangkan seharusnya kita kembalikan pada
hakikat pembelajaran dengan prinsip-prinsip seperti tertera di bawah
ini.
1. Belajar boleh salah
Kita bisa berdiri, berjalan, bahkan berlari karena di masa
kanak-kanak selalu rajin belajar dari kesalahan. Orang tua kita dan
orang-orang di sekeliling kita selalu memberi motivasi ketika kita
mencoba berdiri, berjalan, dan akhirnya terjatuh. Mereka akan menghibur
kita jika menangis karena kesakitan atau bahkan lutut lecet akibat
terjatuh akibat belajar berdiri dan berjalan. Adakah orang tua yang
marah ketika anaknya terjatuh karena belajar berjalan? Sementara itu,
masih ada guru yang memarahi peserta didik karena melakukan kesalahan
dalam mengerjakan tugas. Seandainya kita dimarahi ketika terjatuh saat
belajar berdiri dan berjalan di masa kanak-kanak, mungkin kita tidak
akan pernah bisa berjalan, apalagi berlari.
2. Belajar Boleh Ramai
Belajar tidak harus dalam suasana sunyi senyap. Belajar boleh ramai,
bahkan untuk mata pelajaran tertentu ramai hukumnya wajib. Belajar
berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Komunikasi memerlukan tindakan
verbal untuk mengekspresikan perasaan dan gagasan melalui bahasa. Kalau
kegiatan pembelajaran harus sunyi senyap, ekspresi, perasaan, dan
gagasan tidak akan lahir dari peserta didik.
3. Belajar Tidak Harus di dalam Kelas
Belajar di luar kelas juga sangat menarik minat siswa. Barokah
Santoso, yang pernah belajar di Australia, ketika masih bertugas sebagai
guru di Batu-Malang menuturkan bahwa di Australia guru sastra sering
mengajak muridnya ke luar kelas untuk pembelajaran bersastra. Hasilnya,
para siswa di Negeri Kangguru itu sangat menikmati pembelajaran sastra.
Begitu juga pembelajaran lainnya yang perlu bersentuhan langsung dengan
alam. Pembelajaran anatomi tubuh kodok dengan membedah seekor kodok,
lebih menarik dan menghasilkan pengalaman empiris yang melekat dibanding
penjelasan guru yang panjang-lebar dengan media gambar kodok.
Paradigma baru pembelajaran di sekolah seharusnya memberi ruang yang
seluah-luasnya kepada peserta didik untuk berekspresi seperti kita
mendapatkan itu pada masa kanak-kanak. Hakikat pembelajaran
akan mudah terpenuhi dengan mengubah paradigma lama yang kaku –
tekstual menuju fleksibel-kontekstual sesuai kebutuhan peserta didik.
Semua itu bisa dicapai dengan penyusunan RPP – rencana pembelajaran yang kaya dengan media, strategi dan model pembelajaran yang menyenangkan.
No comments:
Post a Comment